Winda menaruh tas di
kursinya. Seperti biasa, sahabatnya sudah datang terlebih dahulu.
Maklum, sahabatnya yang satu itu rumahnya sangat dekat dari sekolah. Namanya
Siti.
Sahabatnya tak hanya Siti seorang. Masih ada yang lain. Yaitu Mona dan Ana.
Mereka berempat sama-sama jomblo, kecuali Ana. Apalagi pacar Ana juga merupakan
cowok TER-cakep di sekolah yang punya rating tinggi. Namanya Bayu.
Dan mereka sama-sama anak tunggal. Maksudnya, hanya yang memiliki kakak cowok
yang ganteng. Alhasil, Winda,Siti , dan Mona pun iri.
But still, Mona pribadi sih ngaku kalau punya kakak itu nggak enak. Apalagi
kalau cowok, waduuh... bisa dijailin abis-abisan ama tuh cowok.
Mona menghampiri Siti yang sedang mengobrol dengan Winda. Pasti masalah cheers,
pikir Mona.
"Hai! Pada ngomong apaan loe? Pasti ngomongin soal cheers," terka Mona.
"Hhmm... iya. Loe kok tau? Nggak biasanya loe to the point kayak
gini," kata Siti heran.
"Ya tau dong! Soalnya gue juga punya masalah nih, kayaknya masalah
TERBESAR DI ABAD INI!!" suara Mona meninggi.
"Ya ampuun... ampe segitunya?" kata Siti heran.
"IYA! Loe kekurangan anggota cheers, kan? Nah, masalah yang gue hadepin
ini... LEBIH DARI ITU!" teriak Mona sampai membuat Siti dan Winda menutup
telinga karena budeg.
"Iye, iye! Cepetan ceritain! To the point aja!" pinta Siti.
"Iya! Gini lho, gue heran... kenapa sih, banyak cowok ngelirik
kita?"ucap Mona heran.
"Lho?! Kalau banyak dilirik... bukannya bagus?" tanya Winda lalu
melanjutkan, "Apalagi, gue, Siti, ama loe juga jomblo. Kalau gitu...
bagus, dong?"
"Emang... tapi kenapa ya gue nyamannya kalau menjomblo?" kata Mona
sambil menatap langit-langit.
"Itu kan yang udah biasa menjomblo. Udah deh, saatnya membuka diri kita.
Mumpung masih ada peluang. Iya nggak?" kata Siti, sambil melirik Bayu yang
sedang berjalan dengan centil.
"Yaa, terserah loe deh Sit!" kata Mona menyerah. Tak lama, bel masuk
berbunyi.***
Pulang sekolah. Anak-anak SMP 3 segera berhamburan keluar kelas. Hari ini hari
Sabtu, cewek-cewek yang terkenal centil di sekolah mereka langsung JJS bareng
teman-teman cowoknya. Sedangkan Winda, Siti, Mona dan Ana memilih jalan-jalan
bareng. Prinsip mereka adalah : Girlfriend stay forever!
"Nggak sama cowok loe, na?" goda Siti membuka pembicaraan.
"Apa sih loe, Sit! Gue emang nggak jalan-jalan ama cowok gue, abisan dia
banyak tugas gitu deh. Makanya dia nggak jalan-jalan ama gue, takutnya tugasnya
itu numpuk," jelas Ana. Tampak sedikit kekecewaan terlihat di wajah cantik
Ana.
"Oooh, bahagianya diriku. Karena hari ini, loe mau gue traktir. Hari ini
gue sweet seventeen,so I want to celebrate my birthday, with you, my lovely
friend!" kata Winda gembira.
"Apa? Hari ini loe sweet seventeen? Waa... happy birthday, dear! I'm sorry
I cant give you a present," kata Siti heboh.
"OK, thanks dear! Sekarang loe-loe pada ke rumah gue yuk! Nanti gue
pinjemin baju keren. Mau gak?" tawar Winda.
"OK!! C'mon dear, let's go!" ajak Siti semangat.***
Birthday party-nya Winda - yang mirip-mirip private party berlangsung heboh,
biarpun Winda hanya mentraktir sahabat-sahabatnya makan-makan di Pizza Hut,
namun heboh sekali! Mereka ngobrol-ngobrol, apalagi waktu itu banyak
cowok-cowok yang ganteng. Mereka berbisik.
"Eh eh... ada cowok ganteng tuuh..." kata Mona iseng.
"Iya..." balas Siti.
Mereka tertawa bersama, hampir ngakak.
Tiba-tiba Ana berhenti tertawa. Pandangannya tertuju ke suatu arah.
"Heh, na, kok loe berhenti ketawa?" tanya Winda heran.
"A...aa..da Bayu..."kata Ana terbata-bata.
"Hah? Masa sih?" kata Siti lalu ia melihat ke lain arah. Ia melihat Bayu
yang terlihat merangkul seorang cewek dengan begitu mesra. Apalagi, mereka
hanya berdua. Parahnya, mereka tak memerhatikan keberadaan Ana!
Ana tak dapat menahan tangisnya. Refleks, Ana berlari meninggalkan tempat itu.
"ANA!"teriak Siti sekeras mungkin. Namun sayangnya, Ana sudah pergi
meninggalkan tempat itu dengan air mata yang begitu meleleh.***
Senin, istirahat sekolah, jam 09.55
Winda berjalan lemas menuju kantin. Ana hari ini masuk, namun ia tak mau cerita
bagaimana hubungannya dengan Bayu.
Winda ke stan bakso. Ia menyerahkan uang Rp.5000,- ke penjual bakso itu.
Tiba-tiba, ia melihat ketiga sahabatnya. Ada Ana! Pasti ngomongin Ana ama Bayu.
Winda menghampiri teman-temannya.
"Hai! Pada ngomongin apa sih?" tanya Winda. Ia meletakkan mangkuk
baksonya di meja kantin.
"Biasa. Ana and her love! She broke up with Bayu, and she so sad, of
course!" kata Siti to the point.
"Hah? na? Loe putus ama Bayu?" kata Winda. Yah, biarpun tadi dia
sudah menyangka, pasti beginilah jadinya!
"Iya. Kita putus hari itu juga. Gue yang nelpon Bayu, tapi gue gak
langsung marah-marahin dia, tapi gue nanya dulu, hubungannya ama tuh cewek
kayak gimana. Apa cuma temenan, sahabatan, atau malah pacaran! Ternyata,
hubungan Bayu sama cewek itu memang baru hari Jumat, tapi mereka udah sayaang
banget. Makanya gue akhirnya mutusin dia. Gue nggak mau diduain kayak
gitu!" kata Ana tertahan.
Winda, Siti dan Mona menatap Ana sungguh-sungguh. Mereka sangat merasakan apa
yang Ana rasakan.
"But still... gue rasa gue lebih patah hati kalau gue kehilangan kalian.
Gue ngerasa, kalau sahabat itu lebih abadi. Gue ngerasa, hidup gue nggak akan
kayak gini tanpa kalian," kata Ana sambil menatap ketiga sahabatnya dengan
sayang.
"Iya. We are best friend... forever and ever," kata Siti.
Mereka berangkulan menuju kelas. Ah, orang lain memang bisa datang ke hidup
kita dan boleh pergi ke hati orang lain yang ia mau. Namun, sahabat sejati
tidak bisa diganti, dan tidak akan pergi.
The End
Selamat membaca