WeLCoME

Dibalik sebuah pertanyaan pasti akan ada jawaban.

Kamis, 25 April 2013

BAB V DAFTAR PUSTAKA


BAB V
DAFTAR PUSTAKA

        i.            Soetjipto dan Kosasi, Raflis. 1999. Profesi Keguruan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
      ii.            Supriadi, Dedi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. hal. 93.
    iii.            Prayitno & Erman Amti dll. 2012. Pengertian Bimbingan dan Konseling menurut beberapa ahli, [online], (http://warnaa-warnii.blogspot.com/2012/12/pengertian-bimbingan-konseling-menurut.html)

BAB IV PENUTUP


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, suatu proses membantu individu, bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuannya/ potesinya, kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungan.
Program bimbingan berisi rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pemberian layanan bimbingan dan konseling. Winkel (1991) menjelaskan bahwa program bimbingan merupakan suatu rangkaian kegiatan terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu.

B.     Saran
1.      Untuk para calon pendidik atau guru sebaiknya menambah Bimbingan dan Konseling dalam pengajaran atau pelatihannya, agar siswa dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah individu yang dialaminya.
2.      Kerjasama antara murid dan guru sangatlah bermanfaat bagi hubungan antara guru dan murid secara pribadi agar murid akan lebih terbuka dan tidak tertutup.

BAB III PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH DAN PERANAN GURU DALAM PELAKSANAANNYA Part II


B.   Peranan guru dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah
Peranan guru dalam pelaksana bimbingan di sekolah dapat dibedakan menjadi 2 : Tugas dalam layanan bimbingan dalam kelas dan Diluar kelas.

1.    Tugas guru dalam layanan bimbingan di kelas
Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam proses belajar mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu :
a)   Perlakuan terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai individu, siswa memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri
b)   Sikap yang positif dan wajar terhadap siswa
c)   Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan.
d)   Pemahaman siswa secara empatik
e)   Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu
f)    Penanpilan diri secara asli (genuine) tidak berpura-pura di depan siswa.
g)   Kokonretan dalam menyatakan diri.
h)   Penerimaan siswa secara apa adanya
i)    Perlakuan terhadap siswa secara permissive
j)    Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu siswa untuk mnyeadar persaannya itu.
k)   Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang lebih dewasa.
l)    Penyesuaian diri terhadap keadaan yang khusus.
2.   Tugas guru dalam operasional bimbingan diluar kelas
Tugas –tugas bimbingan itu antara lain :
a)   Memerikan pengajaran perbaikan (remedial teaching).
b)   Memeerikan pengayaan dan pengembangan bakat siswa
c)   Melakukan kunjungan rumah(home visit)
d)   Menyelenggarakan kelompok belajar, yang bermanfaat.

C.   Kerja sama guru dengan konselor dalam layanan bimbingan.
Layanan bimbingan di sekolah akan lebih efektif bila guru dapat bekerja sama dengan konselor sekolah dalam proses pembelajaran. Adanya keterbatasan dari kedua belah pihak menuntut adanaya kerja sama tersebut.
Konselor mempunyai keterbatasan dalam hal yang berkaitan dengan :
1.   kurangnya waktu bertatap muka dengan muka
2.   keterbatasan konselor sehingga tidak mungkin dapat memberikan semua bentuk layanan seperti memberikan pengajaran perbaikan untuk bidang studi tertentu.
Dilain pihak guru juga mempunyai beberapa keterbatasan:
a.   guru tidak mungkin lagi menangani masalah masalah siswa yang bermacam-macam siswa, karena guru tidak terlatih utuk melaksanakan semua tugas itu
b.   guru sendiri sudah berat tugas mengajarkan sehingga tidak mungkin lagi dtambah tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam masalah siswa.

BAB III PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH DAN PERANAN GURU DALAM PELAKSANAANNYA Part I


BAB III
PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH DAN PERANAN GURU DALAM PELAKSANAANNYA

 
A.  Program bimbingan di sekolah
Program bimbingan berisi rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pemberian layanan bimbingan dan konseling. Winkel (1991) menjelaskan bahwa program bimbingan merupakan suatu rangkaian kegiatan terncana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu.
1.   Pengertian program bimbingan
Menurut pendapat Hotch dan Costor yang dikutip oleh Gipson dan Mitchell (1981) program bimbingan dan konseling adalah suatu program yang memberikan layanan khusus yang dimaksudkan untuk membantu individu dalam mengadakan penyesuaian diri. Program bimbingan itu menyangkut 2 faktor, yaitu : 1. Faktor pelaksana yang berkaitan dengan kelngkapan metode, bentuk layanan, siswa, dan sebagainya, yang mempunyai kaitan dengan kegiatan bimbingan (Abu ahmadi,1977)
2.   Langkah langkah penyusunan program bimbingan
Langkah-angkah penyusunan program bimbingan yang urutannya cukup sederhana, yaitu :
a)   Mengidentififikasi kebuthan –kebutuhan sekolah terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan bimbingan.
b)   Setelah data terkumpul perlu dilakukan penentuan urutan prioritas kegiatan yang akan dilakukan, dan sekaligus menyusun konsep bimbingan yang akan dilakukan dengan kurun waktu tertentu.
c)   Konsep program bimbingan dibahas bersama kepala sekolah bila perlu dengan mengundang personel sekolah untuk memperoleh balikan guna penyempurnaan program tersebut.
d)   Penyempurnaan konsep rogram yang telah dibahas bersama kepala sekolah.
e)   Pelaksanaan program yang telah direncanakan.
f)   Setelah program dilaksanakan, perlu diadakan evaluasi.
g)   Dari hasil evaluasi program tersebiu keudian dilakukan penyempurnaan revisi untuk program berikutnya.
3.   Variasi program bimbingan menurut jenjang pendidikan
Layanan bimbingan dan konseling disekolah seharusnya diaksanakan secara terus menerus, mulai dari jenjang pendidikan terendah (taman kanan-kanak) samapai jenjand pendidikan tertinggi (perguruan tinggi). Secara ideal kegiatan tersebut seharusnya beekesinambungan. Meskipun demikian layanan bimbingan tersebut mempunyai penekanan yang berbeda-beda untuk setiap jenjang pendidikan. Hal ini mengingat kebuthan dan perkembangan anak untuk setiap jenjang pendidikan juga berbeda.
4.   Tenaga bimbingan disekolah beserta fungsi dan peranannya
Pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah menjadi tanggung jawab bersam antara personel sekolah, yaitu : kepala sekolah, guru-guru, wali kelas. Dan petugas lainnya (Rochman Natawidjaja dan moh. Surya 1985). Kegiatan bimbingan mencangkup banyak aspek dan saling kait mengait, sehingga tidak memungkinkan jika layanan bimbingan dan konseling hanya menjadi tanggung jawab konselor saja.
5.   Struktur organisasi bimbingan dan konseling di sekolah
Dalam kurikulum SMA tahun 1975 buku III C dinyatakn bahwa kepala sekolah berperan langsung sebagai koordinator bimbingan dan berwenang untuk menentukan garis kebijaksanaan bimbingan, sedangkan konselor merupakan pembantu kepala sekolah yang bertanggung jawab kepada kepala sekolah.
6.  Mekanisme Implementasi program bimbingan dan konseling di sekolah
Konselor beserta personal lainnya perlu memperhatikan komponen kegiatan sebagai berikut :
a)   Komponen pemrosesan data
Kegiatan layanan bimbingan dan konseling meliputi bebebrapa aspek, yaitu :
1. Pengumpulan data
2. Pengklasifikasian
3. Pendokumentasian
4. Penyimpanan
5. Penyediaan data yang diperlukan
6. Penafsiran.
b)   Komponen kegiatan pemberian informasi
Kompenen ini terdiri dari : 1. Pemberian orientasi kehidupan sekolah kepada siswa baru. 2. Pemberian informasi tentang program studi kepada siswa yang di pandang memerlukannya. 3. Pemerian informasi jabatna kepada siswa yang diperkirakan tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang ke lebih tinggi. 4. Pemberian informasi lanjutan.
c)   Komponen kegiatan konseling
Konseling dilakukan terhadap siswa yang mengelami masalah yang sifatnya lebih pribadi. Jika ada masalah yang tidak dapat diatasi oleh petugas yang bersangkutan, perlu diaihkan kepada pihak lain yang lebih ahli.
d)   Komponen pelaksana
Pelaksanaan jenis kegiatan tersebut adalah konselor sekolah, konselor bersama guru bidang studi dan juga kepala sekolah sesuai dengan fungsi dan peranannya masing-masing.
e)   Komponen metode/alat
Alat yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan itu dapat berupa : tes psikologi, tes hasil belajarm dokumen, angket, kartu pribadi, brosur atau poster, konseling, dan sebagainya.
f)   Komponen waktu kegiatan
Jadwal kegiatan layanan dapat dilakukan pada awal tahun ajaran, secara periode, bilamana peru (insidental), akhir masa sekolah, awal semester atau waktu lain tergantung dari jenis atau macam kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
g)   Komponen sumber data
Data yang diperlukan dapat diperoleh dari siswa yang bersangkutan, guru, orang tua, teman2, sekolah, masyarakat, ataupun instansi.